Kamis, 29 Juni 2017

Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq di SD



Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq di SD
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran Sistem Pembelajaran PAI di SD
Dosen Pengampu: Gunawan Ikhtiono, S.Sos., M.Pd.
logo_uika.png
Oleh: PAI IV B
                                    Nama                                                   NPM
                                    Dini Hariani                                        15110409192
                                    Evi Lutfiah                                          151104090223
                                    Niya Yuliana                                       151104090177
                                    Reni Wulanningsih                              15110409
                                    Resti Anggraini                                   151104090179
                                    Siti Halimah                                        151104090210
                                    Waddah Arrahmani                            15110409
                                    Widya Yulianti                                   151104090224





PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2017

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah swt., yang memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan tepat waktunya. Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran al-Quran Hadits.
Tugas Makalah ini bertema kan ”Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq di SD”. Dalam menyelesaikan Makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan masukannya dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1.      Bapak Gunawan Ikhtiono, S.Sos., M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Sitem Pembelajaran PAI di SD yang telah memberikan tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan kami dalam Ilmu serta makalah ini semakin bertambah.
2.      Kedua Orang Tua kami, yang senantiasa memberikan do’a serta dukungan baik moril maupun materil.
3.      Rekan-rekan senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi semangat dan dukungan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan maupun penyusunan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga Makalah ini bisa menambah ilmu serta wawasan kita dan bermanfaat khususnya bagi penyusun umumnya pagi pembaca amiin
Bogor, 13 Mei 2017

Penyusun



Daftar Isi






BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Meningkatkan kualitas pembelajaran pada dasarnya merupakan pemilihan dan penetapan srategi pembelajaran yang optimal guna mencapai perolehan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Dalam kaitan ini, strategi penyampaian pembelajaran yang tetap merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah Dasar merupakan salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan memahami, mempertahankan keyakinan/keimanan yang benar, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ul husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan akhlak terpuji melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 
Dengan demikian, materi pendidikan Aqidah Akhlak bukan hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana membentuk kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan kehidupanya dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada.
Oleh karena itu dalam hal ini guru PAI atau guru kelas dituntut untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agama, mendorong mereka untuk mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun makalah ini, sebagai Tugas Mata Kuliah Pembelajaran PAI di SD

B.     Rumusan Masalah

Dalam Makalah ini, ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1.    Apa Pengertian strategi pembelajaran Akidah Akhlak
2.    Apa Pengertian Aqidah Akhlak
3.    Apa saja tujuan pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
4.    Bagaimana Ruang lingkup dari Pembelajaran Akidah Akhlak
5.    Model apa saja yang ditempuh dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
6.    Metode apa saja yang ditempuh dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
7.    Bagaimana Pendekatan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
8.    Bagaimana Karakteristik Peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar

C.    Tujuan

1.    Mengetahui Pengertian strategi pembelajaran Akidah Akhlak
2.    Mengetahui Pengertian Aqidah Akhlak
3.    Mengetahui Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
4.    Mengetahui Ruang lingkup dari Pembelajaran Akidah Akhlak
5.    Mengetahui Model yang ditempuh dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
6.    Mengetahui Metode yang ditempuh dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
7.    Mengetahui Pendekatan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
8.    Mengetahui Karakteristik Peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar



BAB II PEMBAHASAN

A.    Pengertian Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak

Strategi adalah siasat melakukan kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang mencakup metode dan teknik mengajar. Adapun yang dimaksud dengan metode adalah cara mengajar itu sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan kegiatan khusus dalam menggunaka suatu metode tertentu, seperti teknik bertanya, teknik menjelaskan, dan sebagainya.
Pembelajaran adalah suatu proses yang kompleks ( rumit ) dengan maksud memberi pengalaman belajar kepada siswa sesuai dengan tujuan. Tujuan yang hendak dicapai sebenarnya merupakan acuan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. ( Joice Bruce .( 2000 ))
Aqidah adalah keyakinan/keimanan yang benar yang terealisasikan dalam perilaku akhlak mulia. Jadi secara etimologis strategi pembelajaran akidah akhlak adalah suatu metode yang sadar dan terencana dalam menyiapkan dan memberi pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal, memahami, mengahayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.

B.     Pengertian Akidah Akhlak

Secara bahasa aqidah berasal dari kata berarti ikatan dua utas tali dalam satu buku sehingga menjadi tersambung. Sehinggga aqidah menurut “ikatan” atau kata aqad juga berarti janji, kesepakatan 2 orang yang mengadakan perjanjian.
Sedangkan menurut istilah aqidah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan diterima dengan rsa puas tertanam kuat dalam benak jiwa yang tidak dapat diguncangkan oleh keraguan. Secara harfiah Islam berarti berserah diri atau selamat. Artinya terserah diri untuk patuh dan taat kepada segala aturan Allah (melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya).
Ada banyak keyakinan (agama) yang dianut manusia. Adapun hanya satu, Islamlah agama yang pantas dijadikan pedoman/peraturan dasar kehidupan kita, sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran: 19
Î úïÏe$!$# y0YÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 ….
Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran: 19)
Pada ayat ini Allah menerangkan agamanya yang diakui-Nya di sisi-Nya adalah Islam, yaitu agama tauhid, agama yang menegaskan Allah Swt. Esa pada Dzat-Nya, sifat-Nya dan afal-Nya (segala perbuatan-Nya). Sebagaimana agama yang dibawa para nabi terdahulu intinya adalah satu ialah Islam. Aqidah Islamiyah selalu berkaitan dengan Iman, seperti: Iman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir (Hari kiamat-Pembalasan).
Adapun langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengajar Aqidah antara lain:[1]
1.      Dengan pendekatan dogmatis yaitu pendekatan berdasarkan dogma yaitu sesuatu yang harus diterima dengan yakin sebagai suatu kebenaran.
2.      Pendekatan normatif yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu ukuran atau ketentuan berlaku.
3.      Pendekatan rasional yaitu pendekatan dengan akal pikiran yang dapat diterimanya.
4.      Pendekatan praktis atau keteladanan ialah pendekatan berdasarkan kenyataan dalam praktik yang dapat diteladani.[2]

C.    Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak

Berdasarkan Permenag No. 2 tahun 2008 Mata pelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat :
Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Adapun menurut Barmawi Umary (1984) bahwa tujuan pengajaran akhlak secara umum meliputi:
a.      Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.
b.      Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu terpelihara dengan baik dan harmonis.
Sedangkan menurut Prof. DR. Hamka (1976) mengungkapkan bahwa yang menjadi tujuan dalam pengajaran akhlak adalah ingin mencapai setinggi-tinggi budi pekerti dan akhlak.

D.    Ruang Lingkup

     Mata pelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman serta pengamalan dan pembiasaan berakhlak islami untuk dijdaikan perilaku dalam kehidupan sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjng pendidikan berikutnya
Adapun Ruang lingkup mata pelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar meliputi:
A.    Aspek akidah (keimanan)
1)      Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu Akbar, ta’awudz, maasya Allah, assalamu’alaikum, salawat, laa haula walaa quwwata illa billah, dan istighfar.
2)      Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat tayyibah, al-asmaul Husna dan pengenalan terhadap shalat lima waktu sebagai manifestsi iman kepada Allah
3)      Meyakini rukun iman (iman kepada  Allah,  Malaikat - malaikat-Nya,  Kitab - kitab-Nya,  Rasul-rasul-Nya,  dan  Hari  akhir serta  Qada  dan  Qadar Allah).
B.     Aspek akhlak meliputi:
1)      Pembiasaan  akhlak  karimah  (mahmudah)  secara  berurutan disajikan  pada  tiap  semester dan  jenjang  kelas,  yaitu:  disiplin,  hidup  bersih,   ramah,  sopan - santun,  syukur  nikmat,  hidup  sederhana,  rendah  hati,  jujur,  rajin,  percaya  diri, taat, hormat dan patuh, sidik amanah, tabligh, fathonah, qonaah, tawakkal
2)      Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka, iri, dengki, serakah, pesimis, putus asa, fasik, murtad
C.      Aspek adab Islami, meliputi:
1)   Adab terhadap diri sendiri, yaitu : adab berbicara, berpakaian, belajar, bermain.
2)   Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
3)   Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman,  dan tetangga.
4)      Adab terhadap lingkungan, yaitu:  kepada  binatang  dan  tumbuhan,  di  tempat umum dan dijalan.
D.      Aspek kisah teladan, meliputi
Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil Nabi Muhammad. Kisah ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu akidah dan akhlak

B.         Model Pembelajaran Akidah Akhlak di SD

Model pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk mengoperasikan kurikulum, merancang materi pembelajaran dan untuk membimbing belajar dalam setting kelas atau lainnya dalam menyiapkan dan memberi pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal, memahami menghayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari – hari.
Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) dalam materi Aqidah Akhlak dapat digunakan sebagai salah salah satu alternative pilihan dalam pembelajaran, karena dengan Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)  diharapkan akan mampu menjawab persoalan sosial kemasyarakatan, sekaligus mencegah perlakuan individu yang bersifat negative yang menimpa manusia masa kini.
Menurut  Yatim Riyanto, “Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social skill) termasuk interpersonal skill”.[3][14] Selanjutnya Abuddin Nata menyebutkan bahwa; “Model pembelajaran cooperative learning adalah model pembalajaran yang terjadi sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran yang bersifat kelompok”.[4]
Model pembelajaran kooperatif ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran Akhlak.  Langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif adalah berikut ini :
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif.
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
Fase 2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan atau media lainnya
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
Guru membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan kegiatan secara efisien
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
Fase 5
Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
Fase 6
Memberikan penghargaan
Guru menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok


F.     Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq

Setiap pengajaran diperlukan metode-metode agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan baik. Dalam hal ini metode pengajaran aqidah antara lain
a.      Metode bercerita
dicantumkan sebagai alternative pada hampir semua pokok bahasan, karena selain aspek kognitif tujuan bidang studi ini adalah aspek afektif yang secara garis besar berupa tertanamnya akidah islam dan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki nilai-nilai akhlak yang mulia. Seperti contoh: kisah Luqman al Hakim dengan putranya, dimana seorang ayah mengajarkan akidah kepada putranya dengan bersyukur kepada Allah Swt, jangan syirik (menyekutukan) Allah Swt dan bersyukur kepada ayah dan ibu dengan berbakti atau tawadlu’ kepada kedua orang tuanya.
b.      Metode ceramah
adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan informasi secara satu arah lewat suara yang diterima melalui indera telinga.[5] Metode ceramah disebut metode mau’idhoh hasanah dengan bilisan agar dapat menerima nasihat-nasihat atau pendidikan yang baik. Sepeerti yang dilakukan Nabi Muhammad Saw kepada umatnya, yaitu untuk beriman kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw.
c.       Metode Tanya jawab
bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan berfikir dan dapat mengembangkan pengetahuan yang berpangkal pada kecerdasan otak dan intelektualitas. Ini merupakan tujuan dalam aspek kognitif. Didalam pengajaran aqidah dapat dicontohkan, seperti: dialog atau tanya jawab antara Nabi Ibrahin as dengan umatnya. Dengan cara seperti itu akan menghasilkan nilai-nilai yang berhubungan tingkah laku. Dengan partisifasi aktif seseorang akan dapat menilai yang baik dan yang buruk dan kemudian dapat mengambil manfaat didalam kehidupan sehari-hari yang dapat mendatangkan kebaikan atau kebahagiaan. Penggunaan Tanya jawab bertujuan mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu dengan adanya tanya jawab tersebut akan merangsang siswa untuk berfikir dan diberi kesempatan untuk mengajukan masalah yang belum dipahami.tersebut.[6][7]
d.       Metode sosiodrama
digunakan dalam pokok bahasan:
-Adat disekolah, mengujungi orang sakit, ta’ziyah dan jiarah kubur.
-Kisah siti Mashitoh, Abu bakar Assidiq, Umar bin khatab, Bilal bin    Rabbah dan lain sebagainya.
e.    Metode demonstrasi
adalah penyajian bahan pelajaran oleh guru atau instruktur kepada siswa dengan menunjukkan urutan prosedur pembuatan sesuatu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode demonstrasi dipergunakan dalam pokok bahasan:
-Sifat-sifat Allah dan sifat-sifat Rasulullah.
-Akhlak terpuji, akhlak tercela dan sebagainya.
f.   Metode bermain peran
 Dipergunakan dalam pokok bahasan
     - Berbakti kepada ayah dan ibu.
     -Adab makan dan minum.
-Adab kepada guru, orang yang tua, teman dan sebagainya.
          Adapun menurut Prof. Dr. Hamka metode pengajaran akhlak ialah[7]
a.      Metode alami
       Metode alami ini adalah suatu metode dimana akhlak yang baik diperoleh bukan melalui didikan, pengalaman, atau latihan, tetapi diperoleh melalui instink atau naluri yang dimilikinya secara alami. Meskipun demikian metode ini tidak dapat diharapkan secara pasti tanpa adanya metode atau faktor lain yang mendukung seperti pendidikan, pengalaman, latihan dan lain sebagainya. Tetapi, paling tidak metode alam ini jika dipelihara dan dipertahankan akan melakukan akhlak yang baik sesuai fitroh dan suara hati manusia. Metode ini cukup efektif untuk menanamkan kebaikan kepada anak karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi untuk berbuat kabaikan tinggal bagaimana memelihara dan menjaganya.
b.    Metode mujahadah dan riadhoh.
Orang yang ingin dirinya jadi penyantun maka jalannya dengan membiasakan bersedekah sehingga menjadi tabiat yang mudah mengerjakannya dan tidak merasa berat lagi. Mujahadah atau perjuangan yang dilakukan guru menghasilkan kebiasaan-kebiasaan baik memang pada awalnya cukup berat, namun apabila manusia berniat sungguh-sungguh pasti menjadi suatu kebiasaan. Metode ini sangat tepat untuk mengajarkan tingkah laku dan berbuat baik lainnya, agar anak didik mempunyai kebiasaan berbuat baik sehingga menjadi akhlak baginya, walaupun dengan usaha yang keras dan melalui perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu, guru harus memberikan bimbingan yang continu kepada anak didiknya, agar tujuan pengajaran akhlak ini dapat tercapai secara optimal dengan melaksanakan program-program pengajaran yang telah ditetapkan.
c.       Metode teladan.
     Metode teladan yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang dekat dengannya. Oleh karena itu, dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang berbudi baik. Pergaulan sebagai salah satu bentuk komunikasi manusia, memang sangat berpengaruh dan akan memberikan pengalaman-pengalaman yang bermacam-macam. Metode teladan ini memberikan kesan atau pengaruh atas tingkah laku perbuatan manusia. Sebagaimana dikatakan Buya Hamka (1984) bahwa: “alat dakwah yang sangat utama adalah akhlaki”. Budi yang nyata dapat dilihat pada tingkah laku sehari-hari. Maka, meneladani Nabi adalah cita-cita tertinggi dalam kehidupan Muslim. Metode ini sangat efektif untuk mengajarkan akhlak, maka seyogyanya guru menjadi ikutan utama bagi murid-murid dalam segala hal. Misalnya, kelembutan dan kasih saying, banyak senyum dan ceria, lemah lembut dalam bertutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan tingkah laku sesuai misi yang diembannya. Jadi,  metode ini harus diterapkan seorang guru jika tujuan pengajaran hendak dicapai. Tanpa guru yang memberi contoh, tujuan pengajaran sangat sulit dicapai.

G.    Pendekatan  Pembelajaran Akidah Akhlak

1.      Pendekatan Keimanan
Yaitu mendorong peserta didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt sebagai sumber kehidupan.
2.      Pendekatan Pengalaman
Yaitu mengkondisikan peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Pendekatan Pembiasaan
Yaitu melaksanakan pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits serta dicontohkan oleh para ulama.
4.      Pendekatan Rasional
Yaitu usaha meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlak dengan pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
5.      Pendekatan Emosional
Yaitu upaya menggugah perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlak mulia sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
6.      Pendekatan Fungsional
Yaitu menyajikan materi aqidah dan Akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari.
7.      Pendekatan Keteladanan
Yaitu pembelajaran yang menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan; sebagai cerminan dari individu (siswa) yang memiliki keimanan teguh dan berakhlak mulia.
                                      

H.    Karakteristik dan perkembangan belajar siswa pada Sekolah Dasar

Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah “tabiat, sifat-sifat kejiwaan, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah mempunyai  berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan berwatak”.[8]
Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik sebagai berikut:
a.    Senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD/MI untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah. Guru SD/MI seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang serius tapi santai.
b.   Senang bergerak.
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD/MI dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
c.       Senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok.  Guru dapat meminta siswa untuk membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
d.        Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD/MI memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD/MI, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung ke luar kelas, kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.[9]


BAB III KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan yang telah dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diketahui dan dikuasai oleh seorang guru. Letak keberhasilan dari proses belajar mengajar berada pada seorang guru yang kreatif dan berkualitas menggunakan metode pembelajaran yang direncanakan. Dalam memilih metode pembelajaran Akidah Akhlak haruslah sesuai kebutuhan peserta didik sehingga dapat memahami bidang studi Akidah Akhlak.


Daftar Pustaka

1.      Saifuddin Zuhri
2.      Google.com. Tujuan pembelajaran akidah di sekolah dasar. Html diunduh pada 13 Mei 2017
3.      Yatim Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
4.      Abuddin Nata. 2009. Perspektif Islam Tentang  Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
5.      Hisyam Zaini dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Jogjakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.
6.      UsersHPDownloads. 2014. Metodologi Pembelajaran Aqidah, Kajian Iman kepada Nabi. Muhammah Ali Sunan, diakses pada tanggal 13 Mei 2017 wib.
7.      Sutrisno, Revolusi Pendidikan Islam di Indonesia. Jogyakarta: Ar-Ruz Media.
8.      Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa.
9.      missoul. 2015. karakteristik-anak-mi mdi akses pada tanggal 13 Mei 2017 wib


[1] Saifuddin Zuhri. hal 90
[2] https://www.google.com/search?q=tujuan pembelajaran akidah di sekolah dasar. Html diunduh pada 13 Mei 2017
                                                     

[3] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009. Hlm. 271
[4]Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang  Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.2009 hlm 257
[5] Hisyam Zaini dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, ( Jogjakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga, 2002) hal 13
[6]file:///UsersHPDownloads, Muhammah Ali Sunan, Metodologi Pembelajaran Aqidah, Kajian Iman kepada Nabi
[7] Sutrisno, Revolusi Pendidikan Islam di Indonesia , ( Jogyakarta: Ar-Ruz Media, 2005), hal 22

[8]  Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008 hlm. 683