Metode
Pembelajaran Akidah Akhlaq di SD
Diajukan
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sistem Pembelajaran Sistem Pembelajaran PAI di
SD
Dosen
Pengampu: Gunawan Ikhtiono, S.Sos., M.Pd.

Oleh: PAI IV B
Nama NPM
Dini Hariani 15110409192
Evi Lutfiah 151104090223
Niya Yuliana 151104090177
Reni Wulanningsih 15110409
Resti Anggraini 151104090179
Siti Halimah 151104090210
Waddah Arrahmani 15110409
Widya
Yulianti 151104090224
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM
FAKULTAS
AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
IBN KHALDUN BOGOR
2017
KATA PENGANTAR
Syukur
alhamdulillah penyusun ucapkan kehadirat Allah swt., yang memberikan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penyusunan tugas ini dapat diselesaikan tepat waktunya.
Tugas ini disusun untuk diajukan sebagai tugas mata kuliah Sistem Pembelajaran
al-Quran Hadits.
Tugas Makalah ini bertema kan ”Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq di SD”. Dalam menyelesaikan Makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan masukannya dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :
1.
Bapak Gunawan Ikhtiono, S.Sos.,
M.Pd. selaku Dosen Mata Kuliah Sitem Pembelajaran PAI di SD yang telah memberikan
tugas mengenai makalah ini sehingga pengetahuan kami dalam Ilmu serta makalah
ini semakin bertambah.
2.
Kedua Orang Tua kami, yang senantiasa memberikan do’a serta dukungan baik
moril maupun materil.
3.
Rekan-rekan senasib seperjuangan yang telah memberikan motivasi semangat
dan dukungan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dalam penulisan
maupun penyusunan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna memperbaiki kesalahan dimasa yang akan datang. Akhir kata semoga
Makalah ini bisa menambah ilmu serta wawasan kita dan bermanfaat khususnya bagi
penyusun umumnya pagi pembaca amiin
Bogor, 13 Mei
2017
Penyusun
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Meningkatkan kualitas pembelajaran pada dasarnya
merupakan pemilihan dan penetapan srategi pembelajaran yang optimal guna
mencapai perolehan belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan. Dalam kaitan ini, strategi penyampaian pembelajaran yang tetap
merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien.
Pembelajaran Aqidah Akhlak di Sekolah Dasar merupakan
salah satu mata pelajaran PAI yang menekankan pada kemampuan memahami, mempertahankan
keyakinan/keimanan yang benar, menghayati dan mengamalkan nilai-nilai asma’ul
husna, serta penciptaan suasana keteladanan dan pembiasaan dalam mengamalkan
akhlak terpuji melalui pemberian contoh-contoh perilaku dan cara mengamalkannya
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, materi pendidikan Aqidah Akhlak bukan
hanya mengajarkan pengetahuan tentang agama, akan tetapi bagaimana membentuk
kepribadian siswa agar memiliki keimanan dan ketakwaan yang kuat dan
kehidupanya dihiasi dengan akhlak yang mulia dimanapun mereka berada.
Oleh karena itu dalam hal ini guru PAI atau guru kelas
dituntut untuk mengembangkan metode-metode pembelajaran yang dapat memperluas
pemahaman peserta didik mengenai ajaran-ajaran agama, mendorong mereka untuk
mengamalkannya dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadiannya. Hal
inilah yang melatarbelakangi penulis dalam menyusun makalah ini, sebagai Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran PAI di SD
B. Rumusan Masalah
Dalam
Makalah ini, ada beberapa rumusan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Apa
Pengertian strategi pembelajaran Akidah Akhlak
2. Apa Pengertian
Aqidah Akhlak
3. Apa saja
tujuan pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
4. Bagaimana
Ruang lingkup dari Pembelajaran Akidah Akhlak
5. Model apa
saja yang ditempuh dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
6. Metode apa
saja yang ditempuh dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
7. Bagaimana
Pendekatan dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
8. Bagaimana
Karakteristik Peserta didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
C. Tujuan
1.
Mengetahui Pengertian strategi
pembelajaran Akidah Akhlak
2.
Mengetahui Pengertian Aqidah Akhlak
3.
Mengetahui Tujuan Pembelajaran
Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
4.
Mengetahui Ruang lingkup dari
Pembelajaran Akidah Akhlak
5.
Mengetahui Model yang ditempuh dalam
pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
6.
Mengetahui Metode yang ditempuh
dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
7.
Mengetahui Pendekatan dalam
pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
8.
Mengetahui Karakteristik Peserta
didik dalam pembelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Strategi Pembelajaran Akidah Akhlak
Strategi adalah siasat melakukan
kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran yang mencakup metode dan teknik mengajar.
Adapun yang dimaksud dengan metode adalah cara mengajar itu sendiri. Sedangkan
yang dimaksud dengan teknik adalah cara melakukan kegiatan khusus dalam
menggunaka suatu metode tertentu, seperti teknik bertanya, teknik menjelaskan,
dan sebagainya.
Pembelajaran adalah suatu proses
yang kompleks ( rumit ) dengan maksud memberi pengalaman belajar kepada siswa
sesuai dengan tujuan. Tujuan yang hendak dicapai sebenarnya merupakan acuan
dalam penyelenggaraan proses pembelajaran. ( Joice Bruce .( 2000 ))
Aqidah adalah keyakinan/keimanan
yang benar yang terealisasikan dalam perilaku akhlak mulia. Jadi secara
etimologis strategi pembelajaran akidah akhlak adalah suatu metode yang sadar
dan terencana dalam menyiapkan dan memberi pengalaman belajar peserta didik
untuk mengenal, memahami, mengahayati dan mengimani Allah dan merealisasikannya
dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari.
B. Pengertian Akidah Akhlak
Secara
bahasa aqidah berasal dari kata berarti ikatan dua utas tali dalam satu buku
sehingga menjadi tersambung. Sehinggga aqidah menurut “ikatan” atau kata aqad juga berarti janji,
kesepakatan 2 orang yang mengadakan perjanjian.
Sedangkan
menurut istilah aqidah adalah urusan-urusan yang harus dibenarkan oleh hati dan
diterima dengan rsa puas tertanam kuat dalam benak jiwa yang tidak dapat
diguncangkan oleh keraguan. Secara harfiah Islam berarti berserah diri atau
selamat. Artinya terserah diri untuk patuh dan taat kepada segala aturan Allah (melaksanakan
perintah dan menjauhi larangan-Nya).
Ada banyak
keyakinan (agama) yang dianut manusia. Adapun hanya
satu, Islamlah agama yang pantas dijadikan pedoman/peraturan dasar kehidupan
kita, sebagaimana firman Allah QS. Ali Imran: 19
Î úïÏe$!$# y0YÏã «!$# ÞO»n=óM}$# 3 ….
Artinya: “Sesungguhnya
agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”. (QS. Ali Imran: 19)
Pada ayat
ini Allah menerangkan agamanya yang diakui-Nya di sisi-Nya adalah Islam, yaitu
agama tauhid, agama yang menegaskan Allah Swt. Esa pada Dzat-Nya, sifat-Nya dan
afal-Nya (segala perbuatan-Nya). Sebagaimana agama yang dibawa para nabi
terdahulu intinya adalah satu ialah Islam. Aqidah
Islamiyah selalu berkaitan dengan Iman, seperti: Iman kepada Allah SWT, Malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, Hari Akhir (Hari kiamat-Pembalasan).
Adapun
langkah-langkah yang perlu diambil dalam mengajar Aqidah antara lain:[1]
1. Dengan
pendekatan dogmatis yaitu pendekatan berdasarkan dogma yaitu sesuatu yang harus
diterima dengan yakin sebagai suatu kebenaran.
2. Pendekatan
normatif yaitu pendekatan berdasarkan norma yaitu ukuran atau ketentuan
berlaku.
3. Pendekatan
rasional yaitu pendekatan dengan akal pikiran yang dapat diterimanya.
4. Pendekatan
praktis atau keteladanan ialah pendekatan berdasarkan kenyataan dalam praktik
yang dapat diteladani.[2]
C. Tujuan Pembelajaran Akidah Akhlak
Berdasarkan Permenag No. 2 tahun 2008 Mata pelajaran Akidah Akhlak di
Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk membekali peserta didik
agar dapat :
Menumbuh kembangkan aqidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta
didik tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Adapun menurut Barmawi
Umary (1984) bahwa tujuan pengajaran akhlak secara umum meliputi:
a. Supaya dapat terbiasa melakukan yang baik, indah, mulia, terpuji serta
menghindari yang buruk, jelek, hina, tercela.
b. Supaya perhubungan kita dengan Allah SWT dan sesama makhluk selalu
terpelihara dengan baik dan harmonis.
Sedangkan menurut Prof. DR. Hamka (1976) mengungkapkan
bahwa yang menjadi tujuan dalam pengajaran akhlak adalah ingin mencapai
setinggi-tinggi budi pekerti dan akhlak.
D. Ruang Lingkup
Mata pelajaran Akidah Akhlak di
Sekolah Dasar berisi pelajaran yang dapat mengarahkan kepada pencapaian
kemampuan dasar peserta didik untuk dapat memahami rukun iman serta pengamalan
dan pembiasaan berakhlak islami untuk dijdaikan perilaku dalam kehidupan
sehari-hari serta sebagai bekal untuk jenjng pendidikan berikutnya
Adapun Ruang lingkup
mata pelajaran Akidah Akhlak di Sekolah Dasar meliputi:
A. Aspek akidah (keimanan)
1)
Kalimat thayyibah sebagai materi pembiasaan, meliputi: Laa ilaaha illallaah, basmalah, alhamdulillah, subhanallah, Allahu Akbar, ta’awudz, maasya Allah, assalamu’alaikum, salawat, laa haula walaa quwwata illa billah, dan istighfar.
2)
Iman kepada Allah dengan pembuktian sederhana melalui kalimat tayyibah, al-asmaul
Husna dan pengenalan terhadap shalat lima waktu sebagai manifestsi iman kepada
Allah
3)
Meyakini rukun iman (iman kepada
Allah, Malaikat - malaikat-Nya, Kitab - kitab-Nya,
Rasul-rasul-Nya, dan Hari akhir serta Qada
dan Qadar Allah).
B.
Aspek akhlak meliputi:
1)
Pembiasaan
akhlak karimah (mahmudah) secara
berurutan disajikan pada tiap semester dan
jenjang kelas, yaitu: disiplin, hidup
bersih, ramah, sopan -
santun, syukur nikmat, hidup sederhana,
rendah hati, jujur, rajin, percaya diri, taat,
hormat dan patuh, sidik amanah, tabligh, fathonah, qonaah, tawakkal
2)
Mengindari akhlak tercela (madzmumah) secara berurutan disajikan pada tiap semester dan jenjang kelas, yaitu: hidup kotor, berbicara jorok/kasar, bohong, sombong, malas, durhaka,
iri, dengki, serakah, pesimis, putus asa, fasik, murtad
C.
Aspek adab Islami, meliputi:
1)
Adab terhadap diri
sendiri, yaitu : adab berbicara, berpakaian, belajar, bermain.
2)
Adab terhadap Allah, yaitu: adab di masjid, mengaji, dan beribadah.
3)
Adab kepada sesama, yaitu: kepada orang tua, saudara, guru, teman,
dan tetangga.
4)
Adab terhadap lingkungan, yaitu:
kepada binatang dan tumbuhan, di tempat umum dan
dijalan.
D.
Aspek kisah teladan, meliputi
Kisah Nabi Ibrahim mencari Tuhan, Nabi Sulaiman dengan tentara semut, masa kecil
Nabi Muhammad. Kisah ini disajikan sebagai penguat terhadap isi materi, yaitu
akidah dan akhlak
B. Model Pembelajaran Akidah Akhlak di SD
Model pembelajaran Akidah Akhlak adalah pola atau rencana yang dapat
digunakan untuk mengoperasikan kurikulum, merancang materi pembelajaran dan
untuk membimbing belajar dalam setting kelas atau lainnya dalam menyiapkan dan
memberi pengalaman belajar peserta didik untuk mengenal, memahami menghayati
dan mengimani Allah dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam
kehidupan sehari – hari.
Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative learning) dalam materi Aqidah
Akhlak dapat digunakan sebagai salah salah satu alternative pilihan dalam
pembelajaran, karena dengan Model Pembelajaran Kooperatif (cooperative
learning) diharapkan akan mampu
menjawab persoalan sosial kemasyarakatan, sekaligus mencegah perlakuan individu
yang bersifat negative yang menimpa manusia masa kini.
Menurut Yatim Riyanto, “Pembelajaran
kooperatif adalah model pembelajaran yang dirancang untuk membelajarkan
kecakapan akademik (academic skill), sekaligus keterampilan sosial (social
skill) termasuk interpersonal skill”.[3][14] Selanjutnya Abuddin
Nata menyebutkan bahwa; “Model pembelajaran cooperative learning adalah model
pembalajaran yang terjadi sebagai akibat dari adanya pendekatan pembelajaran
yang bersifat kelompok”.[4]
Model pembelajaran kooperatif ini dapat diaplikasikan dalam pembelajaran Akhlak. Langkah-langkah dalam penerapan model
pembelajaran kooperatif adalah berikut ini :
Langkah-langkah pembelajaran kooperatif.
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada
pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar
|
Fase 2
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau
lewat bahan bacaan atau media lainnya
|
Fase 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif
|
Guru membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan kegiatan secara efisien
|
Fase 4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan
tugas
|
Fase 5
Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya
|
Fase 6
Memberikan penghargaan
|
Guru menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
F. Metode Pembelajaran Akidah Akhlaq
Setiap
pengajaran diperlukan metode-metode agar tujuan pendidikan dapat dicapai dengan
baik. Dalam hal ini metode pengajaran aqidah antara lain
a.
Metode
bercerita
dicantumkan sebagai alternative pada hampir semua pokok bahasan, karena
selain aspek kognitif tujuan bidang studi ini adalah aspek afektif yang secara
garis besar berupa tertanamnya akidah islam dan pengalamannya dalam kehidupan
sehari-hari yang memiliki nilai-nilai akhlak yang mulia. Seperti contoh: kisah
Luqman al Hakim dengan putranya, dimana seorang ayah mengajarkan akidah kepada
putranya dengan bersyukur kepada Allah Swt, jangan syirik (menyekutukan) Allah
Swt dan bersyukur kepada ayah dan ibu dengan berbakti atau tawadlu’ kepada
kedua orang tuanya.
b.
Metode
ceramah
adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan menyampaikan pesan dan
informasi secara satu arah lewat suara yang diterima melalui indera telinga.[5] Metode ceramah disebut metode
mau’idhoh hasanah dengan bilisan agar dapat menerima nasihat-nasihat atau
pendidikan yang baik. Sepeerti yang dilakukan Nabi Muhammad Saw kepada umatnya,
yaitu untuk beriman kepada Allah Swt dan Rasulullah Saw.
c.
Metode Tanya
jawab
bertujuan agar anak didik memiliki kemampuan berfikir dan dapat
mengembangkan pengetahuan yang berpangkal pada kecerdasan otak dan
intelektualitas. Ini merupakan tujuan dalam aspek kognitif. Didalam pengajaran
aqidah dapat dicontohkan, seperti: dialog atau tanya jawab antara Nabi Ibrahin
as dengan umatnya. Dengan cara seperti itu akan menghasilkan nilai-nilai yang
berhubungan tingkah laku. Dengan partisifasi aktif seseorang akan dapat menilai
yang baik dan yang buruk dan kemudian dapat mengambil manfaat didalam kehidupan
sehari-hari yang dapat mendatangkan kebaikan atau kebahagiaan. Penggunaan Tanya
jawab bertujuan mengetahui sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Selain itu dengan adanya tanya
jawab tersebut akan merangsang siswa untuk berfikir dan diberi kesempatan untuk
mengajukan masalah yang belum dipahami.tersebut.[6][7]
d.
Metode sosiodrama
digunakan dalam pokok bahasan:
-Adat disekolah, mengujungi orang
sakit, ta’ziyah dan jiarah kubur.
-Kisah siti Mashitoh, Abu bakar
Assidiq, Umar bin khatab, Bilal bin
Rabbah dan lain sebagainya.
e.
Metode
demonstrasi
adalah penyajian bahan pelajaran oleh guru atau instruktur kepada siswa
dengan menunjukkan urutan prosedur pembuatan sesuatu untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Metode demonstrasi dipergunakan dalam pokok bahasan:
-Sifat-sifat Allah dan sifat-sifat Rasulullah.
-Akhlak terpuji, akhlak tercela dan sebagainya.
f. Metode bermain peran
Dipergunakan dalam pokok bahasan
- Berbakti kepada ayah dan ibu.
-Adab makan dan minum.
-Adab kepada
guru, orang yang tua, teman dan sebagainya.
Adapun
menurut Prof. Dr. Hamka metode pengajaran akhlak ialah[7]
a. Metode alami
Metode
alami ini adalah suatu metode dimana akhlak yang baik diperoleh bukan melalui
didikan, pengalaman, atau latihan, tetapi diperoleh melalui instink atau naluri
yang dimilikinya secara alami. Meskipun demikian metode ini tidak dapat
diharapkan secara pasti tanpa adanya metode atau faktor lain yang mendukung
seperti pendidikan, pengalaman, latihan dan lain sebagainya. Tetapi, paling
tidak metode alam ini jika dipelihara dan dipertahankan akan melakukan akhlak
yang baik sesuai fitroh dan suara hati manusia. Metode ini cukup efektif untuk
menanamkan kebaikan kepada anak karena pada dasarnya manusia mempunyai potensi
untuk berbuat kabaikan tinggal bagaimana memelihara dan menjaganya.
b. Metode mujahadah dan riadhoh.
Orang
yang ingin dirinya jadi penyantun maka jalannya dengan membiasakan bersedekah
sehingga menjadi tabiat yang mudah mengerjakannya dan tidak merasa berat lagi.
Mujahadah atau perjuangan yang dilakukan guru menghasilkan kebiasaan-kebiasaan
baik memang pada awalnya cukup berat, namun apabila manusia berniat
sungguh-sungguh pasti menjadi suatu kebiasaan. Metode ini sangat tepat untuk
mengajarkan tingkah laku dan berbuat baik lainnya, agar anak didik mempunyai
kebiasaan berbuat baik sehingga menjadi akhlak baginya, walaupun dengan usaha
yang keras dan melalui perjuangan dan usaha yang sungguh-sungguh. Oleh karena
itu, guru harus memberikan bimbingan yang continu kepada anak didiknya, agar
tujuan pengajaran akhlak ini dapat tercapai secara optimal dengan melaksanakan
program-program pengajaran yang telah ditetapkan.
c. Metode teladan.
Metode
teladan yaitu mengambil contoh atau meniru orang yang dekat dengannya. Oleh
karena itu, dianjurkan untuk bergaul dengan orang-orang yang berbudi baik.
Pergaulan sebagai salah satu bentuk komunikasi manusia, memang sangat
berpengaruh dan akan memberikan pengalaman-pengalaman yang bermacam-macam.
Metode teladan ini memberikan kesan atau pengaruh atas tingkah laku perbuatan
manusia. Sebagaimana dikatakan Buya Hamka (1984) bahwa: “alat dakwah yang
sangat utama adalah akhlaki”. Budi yang nyata dapat dilihat pada tingkah
laku sehari-hari. Maka, meneladani Nabi adalah cita-cita tertinggi dalam
kehidupan Muslim. Metode ini sangat efektif untuk mengajarkan akhlak, maka
seyogyanya guru menjadi ikutan utama bagi murid-murid dalam segala hal.
Misalnya, kelembutan dan kasih saying, banyak senyum dan ceria, lemah lembut
dalam bertutur kata, disiplin ibadah dan menghias diri dengan tingkah laku
sesuai misi yang diembannya. Jadi,
metode ini harus diterapkan seorang guru jika tujuan pengajaran hendak
dicapai. Tanpa guru yang memberi contoh, tujuan pengajaran sangat sulit
dicapai.
G. Pendekatan Pembelajaran Akidah Akhlak
1. Pendekatan Keimanan
Yaitu mendorong peserta
didik untuk mengembangkan pemahaman dan keyakinan tentang adanya Allah Swt
sebagai sumber kehidupan.
2. Pendekatan Pengalaman
Yaitu mengkondisikan
peserta didik untuk mempraktikkan dan merasakan hasil-hasil pengalaman akhlak
mulia dalam kehidupan sehari-hari.
3. Pendekatan Pembiasaan
Yaitu melaksanakan
pembelajaran dengan membiasakan sikap dan perilaku yang sesuai dengan ajaran
Islam yang terkandung dalam Al-Qur’an dan hadits serta dicontohkan oleh para
ulama.
4. Pendekatan Rasional
Yaitu usaha
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran Aqidah dan Akhlak dengan
pendekatan yang memfungsikan rasio peserta didik, sehingga isi dan nilai-nilai
yang ditanamkan mudah dipahami dengan penalaran.
5. Pendekatan Emosional
Yaitu upaya menggugah
perasaan (emosi) peserta didik dalam menghayati aqidah dan akhlak mulia
sehingga lebih terkesan dalam jiwa peserta didik.
6. Pendekatan Fungsional
Yaitu menyajikan materi
aqidah dan Akhlak yang memberikan manfaat nyata bagi peserta didik dalam
kehidupan sehari-hari.
7. Pendekatan Keteladanan
Yaitu pembelajaran yang
menempatkan dan memerankan guru serta komponen madrasah lainnya sebagai teladan;
sebagai cerminan dari individu (siswa) yang memiliki keimanan teguh dan
berakhlak mulia.
H. Karakteristik dan perkembangan belajar siswa pada Sekolah Dasar
Karakter menurut Pusat Bahasa Depdiknas adalah
“tabiat, sifat-sifat kejiwaan, bawaan, hati, jiwa, kepribadian, budi pekerti,
perilaku, personalitas, sifat, temperamen, watak”. Adapun berkarakter adalah
mempunyai berkepribadian, berperilaku, bersifat, bertabiat, dan
berwatak”.[8]
Adapun karakeristik dan kebutuhan peserta didik
sebagai berikut:
a. Senang bermain.
Karakteristik ini menuntut guru SD/MI untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih – lebih untuk kelas rendah.
Guru SD/MI seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya
unsur permainan di dalamnya. Guru hendaknya mengembangkan model pengajaran yang
serius tapi santai.
b. Senang bergerak.
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD/MI dapat duduk
dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak.
Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak
sebagai siksaan.
c. Senang bekerja dalam kelompok.
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting
dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok,
belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan,
belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara
sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus
merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar
dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi. Karakteristik ini membawa
implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak
untuk bekerja atau belajar dalam kelompok. Guru dapat meminta siswa untuk
membentuk kelompok kecil dengan anggota 3-4 orang untuk mempelajari atau
menyelesaikan suatu tugas secara kelompok.
d.
Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD/MI memasuki tahap
operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar
menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman
ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi
badan, peran jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD/MI, penjelasan
guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan
sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian
guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Sebagai contoh anak akan lebih memahami
tentang arah mata angin, dengan cara membawa anak langsung ke luar kelas,
kemudian menunjuk langsung setiap arah angin, bahkan dengan sedikit menjulurkan
lidah akan diketahui secara persis dari arah mana angin saat itu bertiup.[9]
BAB III KESIMPULAN
Dari hasil pembahasan yang telah
dikemukakan diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Akidah Akhlak
merupakan suatu hal yang sangat penting yang harus diketahui dan dikuasai oleh
seorang guru. Letak keberhasilan dari proses belajar mengajar berada pada
seorang guru yang kreatif dan berkualitas menggunakan metode pembelajaran yang
direncanakan. Dalam memilih metode pembelajaran Akidah Akhlak haruslah sesuai
kebutuhan peserta didik sehingga dapat memahami bidang studi Akidah Akhlak.
Daftar Pustaka
1.
Saifuddin
Zuhri
3.
Yatim
Riyanto. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi Bagi Pendidik
Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
4.
Abuddin
Nata. 2009. Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
5.
Hisyam
Zaini dkk. 2002. Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi. Jogjakarta: CTSD
IAIN Sunan Kalijaga.
6.
UsersHPDownloads.
2014. Metodologi Pembelajaran Aqidah, Kajian Iman kepada Nabi. Muhammah
Ali Sunan, diakses pada tanggal 13 Mei 2017 wib.
7. Sutrisno, Revolusi Pendidikan Islam
di Indonesia. Jogyakarta: Ar-Ruz Media.
8.
Departemen
Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat
Bahasa.
[1]
Saifuddin
Zuhri. hal 90
[2]
https://www.google.com/search?q=tujuan pembelajaran akidah di sekolah dasar. Html diunduh
pada 13 Mei 2017
[3] Yatim Riyanto, Paradigma Baru Pembelajaran, Sebagai Referensi
Bagi Pendidik Dalam Implementasi Pembelajaran Yang Efektif dan Berkualitas.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2009. Hlm. 271
[4]Abuddin Nata, Perspektif
Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.2009 hlm 257
[5]
Hisyam Zaini dkk, Desain Pembelajaran di Perguruan Tinggi, ( Jogjakarta: CTSD
IAIN Sunan Kalijaga, 2002) hal 13
[6]file:///UsersHPDownloads, Muhammah Ali
Sunan, Metodologi Pembelajaran Aqidah, Kajian Iman kepada Nabi
[7]
Sutrisno, Revolusi Pendidikan Islam di Indonesia , ( Jogyakarta: Ar-Ruz
Media, 2005), hal 22
[8] Departemen Pendidikan Nasional, Kamus
Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008 hlm. 683
TERIMAKASIH SUNGGUH BERMANFAAT SMG BERKAH
BalasHapusalhamdulillah, syukron katsir atas pengetahuannya...sangat bermanfaat.
BalasHapussemoga menjadi amal jariyah.